Almost 10 years ago


almost 10 years ago

Judul Buku : Almost 10 Years Ago

Penulis : Trini
Penerbit : Ice Cube, KPG
Tebal : 336 Halaman
Terbit : Juni 2014
ISBN : 978-979-91-0275-1

SINOPSIS :

 “Mana mungkin aku tertarik padanya? Dia membuatku takut.”
“Itulah masalahmu. Kau jarang telihat bahagia. Karena saat kau menyesapnya, kau langsung menguburnya secepat perasaan itu datang.”
“Kau sepertinya sangat ahli tentangku,” kataku datar.
“Jika kau tidak mau terlihat mendung sepanjang waktu, mulailah dengan hal kecil seperti berterima kasih saat orang memujimu, bukan malah menatapnya curiga.”

Jangan salahkan Anna Mollan yang selalu memandang sinis kehidupan. Sepuluh tahun lalu, umurnya baru sembilan. Di musim panas yang seharusnya menyenangkan, ibu dan kakaknya meninggal dalam kecelakaan. Ayahnya memang selamat, tapi mengalami gangguan kejiwaan. Itu sebabnya Anna tidak percaya lagi pada kebahagiaan, termasuk yang hadir dalam bentuk cinta. Tidak pada Joshua Madison—psikiater tampan yang menangani ayahnya, tidak juga pada Nolan Vervain—bassist keren yang tergila-gila padanya. Tidak pada siapa pun sampai pria misterius itu datang memberinya bunga setiap hari, lalu tiba-tiba menghilang saat Anna mulai membuka diri, dan kembali hanya untuk membuat hidup Anna terhempas sekali lagi.

REVIEW :

Berkisah tentang Ayanna Molan atau yang selalu berusaha memperkenalkan dirinya sebagai Anna. Gadis keturunan Indonesia, karena ayahnya yang warga Inggris menikahi Ibunya setelah perkenalan yang kocak di Jogja. Keluarga kecil ini hidup bahagia bersama beserta seorang abang lelaki, Dean. Hingga suatu tragedi berlangsung 10 tahun yang lalu. Tragedi yang membuat keluarga ini terpecah, Anna harus hidup bersama bibinya dan setelah bekerja hidup berdua bersama sahabatnya Ellie.

Kehilangan Ibu dan Dean ditambah dengan ayahnya yang harus masuk intitusi kejiwaan membuat Anna bersikap skeptis. Ia menolak percaya akan cinta, padahal seorang bassist dari band keren, Nolan Vervain, terang-terangan mengejarnya. Hingga suatu hari Anna yang bekerja di toko bunga menerima kedatangan seorang lelaki yang bersikap "misterius". Danny Branson, nama lelaki tersebut, berjanji untuk menyerahkan sebatang bunga berbeda bagi Anna setiap hari, dan Ia menepatinya! Kehadiran Danny membuat hubungan Anna dan Nolan, bahkan Ellie menjadi berbeda. Lama-kelamaan Anna menyadari bahwa Ia sangat meyukai Danny, apakah ini yang dinamakan cinta? Lalu mengapa saat Anna menunjukkan perhatian lebih, Danny justru menghilang dan membuat Anna patah hati sekali lagi?

------------------------

Saya suka sekali dengan covernya so British. di cetak dengan warna pastel yang kalem. Gambar cover ini juga tercetak di halaman setiap awal bab, yang saya rasa lebih bermakna tanpa harus di berikan sub judul.

Ceritanya membuat saya terpana, untuk penulis pemula, alurnya mengalir dengan mulus sekali. Saya seolah-olah sedang membaca sebuah novel terjemahan. Settingnya tersasa sangat real, dan seandainya ternyata penulis tidak pernah menetap di Inggris, maka saya akui, risetmya sangat mendalam. Penggambaran adegan demi adegan sangat mendetil, terutama pada saat Anna dan Danny menyaksikan pemandangan spektakuler pantulan mentari terbit di gedung pencakar langit.

Selain itu saya merasa mampu memahami kompleksitas penggambaran gejolak batin para tolohnya. Anna dengan segala kegetirannya, Danny dengan tindakannya yang dianggap aneh namun mengandung sejuta makna, Nolan dengan konsistensinya sejak masih kanak-kanak, tindakan Ibu Nolan yang belandaskan cinta pada putra semata wayang, ayah Anna yang jatuh dalam depresi berkepanjangan, bahkan Ellie dan cinta posesifnya. Tetapi yang paling saya kagumi ialah benang merah dan pelajaran yang dapat diambil dari proses kehirupan yang dijalani Anna dalam memaafkan dan menemukan cinta sejati.

Ohya penulisnya juga sangat puitis, sehingga banyak sekali kalimat yang memorable, diantaranya :
  •  Senyumnya sangat damai, jenis yang dapat menghentikan sebuah perang. Kuamati wajahnya sekali lagi. Selain matanya yang ramah, dia memiliki rambut cokelat kastanye yang dicukur pendek, tubuhnya ramping juga tinggi, dan bisa kutebak dia lebih tua lima hingga delapan tahun dariku.
  •  Aku mendongak dan mendapati matanya menatapku lurus-lurus. Warna matanya sejernih laut di hari yang cerah. Namun saat dia makin mencondongkan badannya di tepi meja, warna birunya lebih terlihat kehijauan. Pemandangan ini rasanya seperti berenang di samudera yang dalam, kemudian menepi ke pinggir pantai berlumut.
  •  Aku menatap langkah pincangnya menjauh dengan bingung. Pria aneh bermata indah itu baru saja membeli bunga dariku, hanya untuk menyerahkannya kembali padaku.
  • Dia lebih terlihat seperti robot yang hanya datang menyelesaikan misi, tanpa perasaan. Dan pada saat aku bertanya apa sebenarnya maksud dari semua perbuatannya, dia hanya mengangkat bahu sambil berkata kalem, "Kan aku sudah janji," seolah-olah itu bisa menjadi alasan yang cukup. Memangnya aku ini seperti kuis Tepati Janjimu, dan diakhir periode siapa yang sukses melakukannya akan dilimpahkan hadiah? 
  • Kenapa harus takut pada hantu jika hantu adalah masa depan kita semua di kepala orang-orang yang diberi kesempatan hidup lebih lama? Kenapa harus takut kepada mereka yang kehilangan akal sehat jika kebanyakan orang sekarang ini tidak memilikinya bahkan sebelum menghilangkannya?
  •    Cinta itu seperti menemukan gundukan sereal terenak sedunia. Yang kau pedulikan awalnya hanya terus menjejalkannya ke mulutmu tanpa repot-repot memikirkan keuntungan dan kerugian dari mengonsumsi itu. Tidak ada yang bisa menghentikanmu sampai kau menyadari sendiri efeknya  
  •  Kita kan teman. Dan teman itu bukan seseorang yang memberimu sesuatu karena wajib melakukannya, tapi karena memang bahagia melakukannya. 
  • Jika kau merindukan mereka, cukup tutup matamu. Rasakan apa pun yang tersisa dari mereka di ingatanmu. Kalian akan berpapasan jalan di memori itu.
  •   Seberapa pun dewasanya seorang perempuan, dia tetap akan kembali menjadi gadis kecil lagi saat dipeluk ayahnya.
  • "Dad mengatakan bahwa aku hanya punya dua pilihan saat ini, tapi dia lupa bahwa semua pilihan tidak selalu berhenti di pilihan kedua. Kadang-kadang kita dihadapkan pada alternatif lainnya. Memilih melangkah dengan sepatu yang elastis, atau melangkah dengan sepatu baja, atau..." Air mataku kian meleleh seiring tarikan napasku. "... berhenti melangkah."
Satu-satunya yang agak membuat saya kecewa ialah endingnya, saya menyukai cerita dengan plot twist, tetapi ketika saya kira pada akhirnya Anna berbahagia, Ia harus dikecewakan sekali lagi oleh keadaan. Overall, saya beri buku ini 5 bintang dalam akun goodreads saya.