Loved You, Loved You Then

Loved You, Loved You Then

Judul: Loved You Love You Then
Penulis: Daisy Ann
Penerbit: Media Pressindo (2013)
Tebal: 176 hal
Genre: Romance
ISBN: 9799113709 (ISBN13: 9789799113702)

Sinopsis Loved You, Loved You Then

“Kamu tahu aku pernah menyukaimu dulu,” kataku pelan.
“Iya.”
“Apa karena itu kamu menyapaku? Karena tahu aku pernah memiliki perasaan untukmu?” Aku menoleh pelan. “Awan, apa aku… pelarianmu?”
Mata Awan membulat.
“Kamu masih cinta sama Elena, kan?”

***

Perasaan itu harusnya sudah hilang. Windy Firstiana Fera hanyalah seorang fotografer. Ariawan Sadewa sekarang adalah seorang dokter. Keduanya bukan lagi dua pelajar SMA seperti tujuh tahun lalu. Namun, kisah cinta itu masih ada. Tujuh tahun setelah surat cinta itu diterima, keduanya bertemu… and her feelings stayed.

Review Loved You, Loved You Then :

Kesan pertama covernya manis, so girly dengan warna favorit saya : pink! Layout bagian dalam juga menarik, untaian bunga dengan nomor halaman dibagian atas novel dan sebuah amplop berwarna kuning sebagai penanda setiap nomor Bab. Size bukunya juga pas dan tidak terlalu tebal untuk dibawa travelling, saya membawanya saat pergi kesebuah pulau yang tidak ada signal provider saya. Yang agak mengganggu hanyalah ukuran fontnya yang terbilang kecil.

Ceritanya bertema cinta lama bersemi kembali disesuaikan dengan keadaan masa kini, mediumnya ialah sosial media. Tokoh Utamanya ialah Fera, begitu Ia biasa dipanggil, seorang fotografer yang tinggal di Surabaya. Bersama sahabatnya, Mimi, Ia menyalurkan hobby fotografinya dengan jumlah klien yang mulai lumayan. Saat ini Ia masih jomblo setelah beberapa saat sebelumnya dekat dengan seseorang yang bernama Reza. Sayangnya, selama menunggu jawaban dari Fera, Reza juga gencar didekati oleh Vita. Ditengah kegalauannya tiba-tiba Fera mendapat ajakan chatting dari seorang teman di masa SMA, Awan, seorang dokter yang bekerja di Malang. Tujuh tahun sebelumnya Fera pernah mengirimi Awan puisi yang menyatakan cintanya.

Kepergian  untuk selamanya seorang teman sekelas mengantarkan Fera untuk kembali ke kota Malang, tempatnya mengalami masa SMA. Disini Ia menumpang tinggal di rumah Kristin, sahabatnya dulu. Ternyata Awan mengajak Fera, yang dipanggilnya Windy, dan Kristin ke rumah duka bersama-sama. Pertemuan kembali ini membuat Fera kembali teringat kisah lamanya, ditambah lagi Awan menjelaskan bahwa hubungannya dengan Elena, kekasihnya selama ini telah berakhir.

Fera sadar Ia hanya menjadi pelarian Awan, namun keinginan bersama Awan sedemikian besar. Bersama mereka menaklukan Bromo. Sepulangnya dari Bromo saat sedang beristirahat di rumah Awan, datanglah Brian, teman satu sekolah saat SMA mereka. Ternyata Brian membawa kabar mengejutkan mengenai Elena. Bertiga mereka bergegas menemui Elena. Disinilah perasaan Awan terbagi antara Elena dan Fera. Untuk endingnya sebaiknya tidak saya bocorkan disini ya...

Saya related banget dengan cerita ini. Karena semasa SMA pernah memiliki pengalaman dengan mengirimkan "surat cinta". Sebenarnya surat cinta tersebut ialah tugas ospek, yang mana sebagai siswa baru diwajibkan mengirimkan selembar surat cinta disertai sebatang coklat kepada seorang kakak (abang sih sebutannya di Pekanbaru) kelas yang disukai. Saat itu ada seorang kakak kelas yang sesungguhnya tipe saya banget, (yang kurang lebih standar sih : Chinesse, putih, tinggi, anak basket, anak pasus dan seiman). Kebetulan pula Ia adalah salah seorang penanggung jawab kelas saya, jadi mungkin saya menulisnya terlalu pakai hati kali yaaa... Dua tahun berselang, saya punya pacar, yang tenyata bertetangga sebelahan rumah dengan sahabat dekat si kakak kelas tersebut. Jadilah mereka teman sepermainanlah.. Begitu tahu kami jadian, entah kenapa, si Kakak kelas menceritakan pada (mantan) pacar bahwa Ia ingat, saya pernah menulis surat padanya lengkap dengan sebatang coklat. Hoahahaha. Saya yang diceritakan, awalnya agak malu juga sih, tapi setelah dipikir-pikir jadi surprise . He still remembered about me! Soalnya saya tidak ikut eskul dan ga gaul gitu deh.. Saya pun merasa tidak pernah menunjukkan tanda-tanda naksir atau sesuatu yang berbeda sebelumnya. Setelah itu malah saya jadi suka senyum-senyum sendiri, kalau memperhatakan dia dari jauh atau melewati rumahnya (ternyata rumah kami searah! Saya jadi tahu dari si (mantan) pacar). Lama-lama kayaknya si (mantan) pacar juga jadi ngeh, soalnya dia jadi suka ngeledekin saya saat lewat bareng naik motor di depan rumah si kakak kelas.

Overall, saya suka cara penulisnya bercerita. Ia juga menyelipkan hobbynya sebagai cosplayer manga diakhir cerita yang menjadi setting perjumpaan kembali Awan dan Fera. I'll give this book 3 stars out of 5.

Baca juga : Memogana