If Tomorrow Never Comes



Judul : If Tomorrow Never Comes
Penulis : Dini Komandoko
Penerbit : Media Pressindo
Terbit : 2013
Tebal : 240 halaman
ISBN : 979-911-340-7


Review If Tomorrow Never Comes

Selain covernya yang menarik, judulnya sweet banget, mengingatkan saya akan salah satu judul lagu dari solois pria favorit saya, Ronan Keating. Tone ceritanya pun sama, memaknai judul secara literal, bagaimana jika hari esok tidak pernah datang?

Topiknya seputar kematian, cukup berat menurut saya untuk dituliskan oleh penulis yang saat itu masih duduk di bangku sekolah menengah pertama. Hasil eksekusinya lumayan, kita sebagai pembaca bisa turut berempati pada Sekar dan juga Raka. 

Dikisahkan Sekar memiliki special ability, bisa mengetahui bila ajal akan menjemput seseorang. Suatu hari Sekar dikejutkan dengan pantulan dirinya di cermin yang menunjukkan tanda-tanda khusus tersebut juga telah datang padanya. Kegalauan Sekar ditambahi dengan kesadarannya akan beban pengasuhan adiknya yang masih balita karena ibunya sakit mental sedangkan ayahnya menghilang entah kemana. Bantuan datang dari Raka, pria yang jelas menaruh hati padanya. Bersama-sama mereka mencari keberadaan ayah Sekar sebelum waktu Sekar di dunia berakhir. Berpetualang bersama membuat hubungan mereka makin dekat, tapi Sekar tetap ragu untuk menerima cinta Raka. 

Sayangnya menurut saya ada plot hole dalam novel ini, yaitu dalam segi penghitungan usia ibu Sekar. Bila ia adalah seorang ekspatriat yang baru datang ke Indonesia selama 15 tahun, lalu bagaimana mungkin Sekar, putrinya baru saja lulus Sekolah menengah atas yang rata-rata berusia 18 tahun? (Tidak diceritakan Sekar mengikuti kelas akselerasi). Satu hal lagi yang mengganjal ialah alasan kepergian ayahnya dan (lagi-lagi) alasan ayahnya tidak dapat kembali ke rumah yang menurut saya agak kurang logis. Ditilik dari usia adik Sekar yang masih cadel, seharusnya ayah Sekar baru pergi maksimalnya selama 5 tahun. 

Overall saya beri novel ini 2,5 bintang dari 5.